Hubungan Ekonomi Indonesia Jepang Saat Ini Lemah dan Rapuh
Tokyo-Warga Muhammadiyah di Jepang turut berpartisipasi dalam acara diskusi menyambut momentum 50tahun hubungan diplomatik RI-Jepang pada 2008 yang diadakan oleh Masyarakat Anti Korupsi dan Peduli Bangsa-Jepang (MASSA-J) pada Sabtu, 3/11/2007 di kampus Tokyo Institute of Technology. Dalam diskusi dengan tema " Kerjasama Ekonomi Indonesia Jepang:Momentum 50th Hubungan Diplomatik Indonesia-Jepang 2008" itu, hadir sebagai nara sumber, Richard Susilo,MBA yang sekaligus adalah koordinator Japan-Indonesia Economy Forum (JIEF). Diskusi dipandu oleh Dr.Harus Laksana Guntur, ketua dewan pakar PCIM-Jepang dan sekaligus koordinator MASSA-J.
Hubungan ekonomi Indonesia dan Jepang saat ini lemah dan rapuh. Demikian kesimpulan dari hasil diskusi. Dalam kurun 20tahun terakhir ini, jumlah investasi Jepang di Indonesia bahkan telah mencapai titik terendah dalam sejarah hubungan kedua negara. Sekitar 10% dari investasi Jepang di Indonesia pada 2 dekade yang lalu, yang mencapai 4 miliar dolar AS.
Perusahaan Jepang banyak yang beralih ke Cina, Thailand, Vietnam dan Malaysia. Sementara jumlah investasi perusahaan Indonesia di Jepang hanya 8 juta dolar AS. Paling kecil dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.Bahkan, hasil survey JETRO, misalnya, menunjukan alasan perusahaan Jepang enggan berinvestasi di Indonesia karena banyak faktor. Diantaranya adalah kestabilan politik dan keamanan, kepastian hukum, banyak unjuk rasa buruh, infrastruktur, pajak dan korupsi.
”Rendahnya pemahaman masyarakat Indonesia akan budaya dan bahasa Jepang, menjadi salah satu penyebabnya” ungkap Dr.Harus Laksana Guntur melalui email kepada Muhammadiyah.or.id. “Selain itu, tidak adanya pejabat selevel menteri dari lulusan Jepang, juga sebagai penyebab keengganan Jepang untuk memperkuat hubungannya dengan Indonesia” lanjut Dr. Harus melanjutkan.
Diskusi yang dihadiri oleh penggiat organisasi, profesional, praktisi, peneliti dan pelajar Indonesia di Jepang itu berjalan hangat.
Hubungan ekonomi Indonesia dan Jepang saat ini lemah dan rapuh. Demikian kesimpulan dari hasil diskusi. Dalam kurun 20tahun terakhir ini, jumlah investasi Jepang di Indonesia bahkan telah mencapai titik terendah dalam sejarah hubungan kedua negara. Sekitar 10% dari investasi Jepang di Indonesia pada 2 dekade yang lalu, yang mencapai 4 miliar dolar AS.
Perusahaan Jepang banyak yang beralih ke Cina, Thailand, Vietnam dan Malaysia. Sementara jumlah investasi perusahaan Indonesia di Jepang hanya 8 juta dolar AS. Paling kecil dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.Bahkan, hasil survey JETRO, misalnya, menunjukan alasan perusahaan Jepang enggan berinvestasi di Indonesia karena banyak faktor. Diantaranya adalah kestabilan politik dan keamanan, kepastian hukum, banyak unjuk rasa buruh, infrastruktur, pajak dan korupsi.
”Rendahnya pemahaman masyarakat Indonesia akan budaya dan bahasa Jepang, menjadi salah satu penyebabnya” ungkap Dr.Harus Laksana Guntur melalui email kepada Muhammadiyah.or.id. “Selain itu, tidak adanya pejabat selevel menteri dari lulusan Jepang, juga sebagai penyebab keengganan Jepang untuk memperkuat hubungannya dengan Indonesia” lanjut Dr. Harus melanjutkan.
Diskusi yang dihadiri oleh penggiat organisasi, profesional, praktisi, peneliti dan pelajar Indonesia di Jepang itu berjalan hangat.
Pada akhir diskusi, peserta diskusi bersepakat dan merekomendasikan beberapa hal krusial dan mendasar yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah untuk menigkatakan hubungan dan kerjasama eknomi dengan Jepang. Diaantaranya adalah menciptakan kestabilan politik dan keamanan, kepastian hukum, meminimalisir unjuk rasa buruh, memperbaiki infrastruktur dan memberantas korupsi. (arif)
0 komentar:
Posting Komentar